16 Nov 2016

Manadonese

#Chapter one

Dapur baru, teman baru, petualangan baru..

Kota Manado dengan view jembatan soekarno / sumber:internet
                                *Landscape kota Manado dengan view jembatan soekarno /internet

Manado.., sejak pertama dikabarin via telepon bahwa saya akan menghabiskan waktu selama tujuh bulan dimanado, sudah terbayang hal-hal asik dan petualangan seru yang akan saya jumpai ketika nanti benar-benar landing disana. Selain agenda kerja dan bapasiar(jalan-jalan), ada misi sambung rasa dengan keluarga dari ibu saya yang sudah puluhan tahun tidak ketemu. Ya, meski terlahir sebagai orang manado saya merasa asing dengan kota ini, karena perjumpaan yang singkat. Terakhir saya injak  kota nyiur melambai ini sekitar tahun 1986, merasakan taman anak-anak walau hanya sebentar didesa tompaso baru. Dan itu dulu, saat semua masih hitam putih dan banyak yang terlewat dari ingatan masa kecil saya dulu. Nah sekarang moment yang tepat untuk mengulang kembali nostalgia itu, sekali menyelam sambil pipis dicelana begitu kata pepatah lama,wkwkk.. memanfatkan kesempatan yang ada,  tiba-tiba telepon ditutup! Ya saya akan dikontrak sebagai konsultan dari instansi pemerintah daerah Kota Manado untuk membantu korban bencana. Dapur baru, teman baru, dan petualangan baru, asik-asik yes!

Tinggal satu atap bersama kawan-kawan baru yang senasib sebagai anak rantau, terpisah dari keluarga dirumah, saya seakan throwback ke masa kuliah dulu dimana kerinduan pada guling dirumah jadi semacam obat  untuk lebih semangat dan pantang menyerah dalam bekerja. Saya berjumpa dengan kawan-kawan hebat disini dengan basic keilmuan yang beragam, mulai dari insinyur, ahli social & budaya, ekonomi, ahli hukum sampai ahli pemetaan semua lengkap, prinsip saya banyak teman banyak pengalaman yang didapat. Dimobilisasi pun dari daerah yang berbeda, mulai dari makassar, palu, medan, Jakarta dan Surabaya,  tetapi misinya sama membahagiakan keluarga dirumah.. asik joss!


       (menghabiskan malam diwarung kopi sambil menyantap kudapan lokal pisang goroho, ajiib)

Saat weekend datang, ada hal yang paling ditunggu-tunggu untuk melepas penat sehabis bekerja, jalan-jalan bersama keliling kota manado, menyusuri jalan Boulevard yang menjadi pusatnya kota Manado. Lalu singgah dikopi aceh jalan boulevard untuk menikmati kuliner lokal yang menjadi favorit kami kopi susu dan pisang goroho, selain spot pusat jajanan dijalan malalayang tepi pantai dengan menu yang sama, ah indahnya..

Tujuh bulan terasa singkat rasanya untuk kota dengan potensi  pariwisata yang beragam, mulai dari alamnya, kepulauannya, pantainya, bawah lautnya, budayanya, sejarahnya, adventure-nya, semua ada disini. Belum ditambah dengan pesona gadis-gadis manado yang kepopulerannya sudah terdengar sampai ke ibu kota, hehe..

Landscape teluk manado, gunung manado tua, bunaken, siladen dan nain..

                (lanscape teluk Manado, Gunung Manado tua, P. Bunaken, Siladen dan Nain)

Saya pun beradaptasi dengan cepat, dengan budaya lokalnya maupun dengan tradisi setempat juga kebiasaan-kebiasaan unik warga manado. Seperti orang manado suka bagate (minum minuman keras) karena memang disana banyak terdapat pohon aren (seho) yang menghasilkan saguer dan cap tikus, minuman lokal yang disetiap acara pesta pasti hadir menghangatkan suasana, hehe.

 Manado juga terkenal dengan kelezatan kulinernya, yup! masalah kuliner manado memang juara, selain terkenal pedasnya orang manado yang kebanyakan suku minahasa adalah pemakan apa saja, sampai ada pasar extrim yang paling hits ditomohon yang menjual berbagai macam daging hewan, mulai dari kelalawar, babi, ular, monyet, tikus, biawak, anjing dan berbagai macam hewan predator lainnya yang bagi saya mungkin tidak biasa tapi tidak untuk tradisi yang ada diminahasa.  Jika ada ‘pengucapan syukur’ seperti thanksgiving dinegara paman sam, semua makanan tersedia dimeja makan, untuk tamu  muslim biasanya tersedia meja khusus yang makanannya steril alias halal. Saya teringat ucapan kawan lokal saya, ‘dimanado orang makan bukan sampai kenyang tapi sampai lelah..’ Mmm.. coba itu! Orang manado kuat makan..

Si tou timou tumou tou..
Selain makanan, alamnya, minuman kerasnya serta gadis-gadisnya yang terkenal itu, saya juga tertarik dengan nuansa toleransi umat beragamannya yang tinggi, dimana mayoritas umat nasrani dimanado sangat menghargai umat agama lain yang minoritas, seperti ungkapan khas warga manado ‘torang samua basodara’. Hal ini yang membuat saya banyak belajar sebagai minoritas dikota ini. Ada falsafah hidup orang manado yang diterjemahkan dari gagasan Dr Sam Ratulangi  Si tou timou tumou tou, yang kurang lebih artinya ‘Manusia baru dapat disebut manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia’ falsafah ini yang mendasari keharmonisan antar umat beragama di kota ini.

 Ditunjang dengan budaya bakusedu (rasa humor yang tinggi) warga manado suka becanda, membuat segala sesuatu tidak ditanggapi secara belebihan. Dengan humor, warga kawanua (sebutan orang lokal) tidak  mudah tertekan/stress dan bisa lebih menikmati hidupnya. Tersenyum atau tertawa karena humor adalah salah satu bentuk ‘penyaluran’ stress yang positif, paling murah dan mudah, itu yang saya lihat dalam budaya bakuseduala-ala manado. hehe


         (Bukit kasih ditomohon, lambang kerukunan umat beragama di sulawesi utara )

Larut dalam suasana kota paling utara disulawesi, menikmati suasana lain yang berbeda dari kebiasaan saya jatuh hati pada pulau ini. Lahir pengalaman baru, cerita baru, kawan baru yang menempa kesadaran saya, bahwa kesadaran mencintai bangsa sendiri adalah kesadaran untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Ya, cerita tujuh bulan saya dikota ini memang terasa singkat, tapi dari hal itu saya percaya bahwa setiap perjalanan layak untuk diceritakan minimal buat diri saya sendiri sebagai penyemangat dan motivasi diri.

Meski ada kenangan yang tertinggal dikota ini, sampai waktunya akan ku ulang lagi..
"ta cinta sekali ni kota, ta so nimau mo pulang ibukota.." i'm gonna miss you guys... :'(

Bersambung..

24 Nov 2014

Catatan Jamnas Modern Vespa Indonesia ke 3 #Bandung





Jambore Nasional Move Ina ke 3 di lembang-bandung baru saja berakhir, para movers dari seluruh chapter (wilayah) pun sudah tiba dikota masing – masing dengan aman, sehat sentosa, meski ada beberapa kendala teknis diperjalanan justru menambah pengalaman touring menjadi lebih berwarna. Yang mahasiswa kembali ke kampus disertai doa Ibu,  yang karyawan kantoran kembali akrab dengan rutinitas kerjaan dan orientasi masa depan, yang pengusaha sibuk kembali mempersiapkan lompatan besar yang visioner menjadi pengusaha sukses. Dan yang freelance seperti saya, kembali menyusun rencana pengembaraan tahun depan disertai resolusi ingin melihat dunia dengan mata hati yang baru.
 
Selalu ada kenangan yang tertinggal dari setiap perjalanan meski itu cuma sedetik, selalu ada kisah yang tertanam dihati. Jambore Nasional Modern Vespa Indonesia yang ke 3 dibandung menyisakan cerita yang layak kita ulang tiap tahunnya sebagai pengingat, bahwa Vespa tidak hanya sekedar hobi, gaya hidup atau life style, tapi Vespa sudah mejadi budaya, perekat, pemersatu dari semua golongan yang mempunyai harapan yang sama, cinta akan persaudaraan (scooterhood) penuh toleransi dan jiwa tolong menolong yang kuat. Selamat datang dikomunitas Modern Vespa Indonesia, banyak cerita lucu serta potensi dasyat yang tersedia.  Ada Gg aman ( Move_Tangsel), Gg Sender (roti sobek), Gg senggol ( great baron, GB), Gg VIP Bali sebagai peserta touring terjauh yang kedatangan personil baru pejuang senyum! dan gang gang lainnya yang selalu memberikan warna dan cerita yang berbeda dari setiap perjalanan.


Pertanyaan yang muncul kemudian, apa itu jambore? dan apa manfaat jambore? Sedikit ingin membagi cerita sekaligus menjawab pertanyaan diatas dengan apa yang saya pahami, tentu butuh koreksi dari teman-teman semua biar aman.  

pengertian jambore adalah pertemuan besar untuk penggalang, yang diambil dari bahasa salah satu suku di afrika yang artinya adalah pertemuan besar. Sedangkan pengertian penggalang adalah masa menggalang persatuan dan kesatuan pemuda, sumpah pemuda 28 oktober 1928.. 



Jika kita sederhanakan dalam bahasa komunitas vespa, Jambore ialah pertemuan besar para penggalang/pelopor pemersatu dalam cita – cita yang sama, dengan tujuan yang sama. Apa tujuannya? Jika bicara komunitas tentu kita berharap bisa memberi manfaat bagi sesama,  jika disederhanakan lagi kita mengendarai vespa dijalan raya butuh kesadaran akan  keselamatan berkendara dijalanan. 


Butuh sikap toleran untuk berbagi jalan dengan pengendara lainnya tidak arogan. Dan yang lebih terhormat menjadi teladan pelopor keselamatan dalam berkendara dijalan raya. Semoga kita tetap menjaga semangat itu, menjadi pelopor bagi yang lain mengutamakan aman sebagai kebutuhan berkendara.

Terima kasih kepada chapter bandung sebagai tuan rumah yang sukses melaksanakan jambore ke 3, serta para chapter head sebagai penggagas lahirnya komunitas yang baik ini. Sampai jumpa dijamnas ke 4 di Pekalongan, Semoga Move Indonesia makin eksis dan menjadi pelopor aman bagi komunitas vespa lainnya. Lets move together and safety ride bro..
Salam aman.

13 Agu 2014

Vespanorama explore banten

Ride to much fun..

1407506806680770263
( rute riding saya dalam jelajah banten)

Mengendarai vespa memiliki keistimewaan tersendiri buat saya, serasa klop dengan dunia saya yang suka dengan tantangan, mencoba hal-hal baru, mengobati apa yang tidak selesai dengan rutinitas. Bisa riding ketempat-tempat wisata yang masih eksotis yang jarang dikunjungi oleh para traveler karena moda transportasi yang jarang menuju kesana, tapi tidak dengan vespa yang banyak akalnya, hehe.. Tentu yang utama menambah sejuta sodara, karena budaya vespa sudah begitu adanya, tiap kali berpas-pasan dengan vespa lain akan saling menyapa, saling tiin tiin..!! melempar senyum, tanda ikatan vespa yang sudah menjadi tradisi, semacam kesepakatan emosional bersama, ketika memiliki vespa maka kita akan menjadi pribadi yang humanis dan ramah. Sesuai dengan jiwa vespa yang sweet, sellow and nice. Aseeek..

1407508083169859807
( break dulu sambil foto2.. hehe)

Saya ingin berbagi cerita tentang riding saya menjelajah pesisir banten selatan, mengeksplore tempat-tempat terbaik yang ada dipesisir banten sebagai bagian dari refleksi cinta tanah air, ingin lebih dekat dengan alamnya, penduduknya, juga aspalnya, karena tiap jengkal tanah air indonesia adalah surga dengan segala eksotismenya untuk itu saya naik vespa. Ini merupakan riding ketiga saya setelah riding perdana bersama komunitas modern vespa ( move_ina_chapter Tangsel) ke telaga sarangan Jawa Timur lalu lanjut ke kota Malang dan finish di Bali. Setelah itu saya keracunan riding, merasakan sensasi yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya dari perjalanan backpacker ketika menjadi traveler, seperti kata Syahrini “im feel free’ wkakakakakk.. jadi ingin lagi, lagi dan lagi..

1407509637220938928
( istirahat sambil menunggu sarapan pagi ditepi pantai )

Explore Banten kali ini saya ditemani Dimas bangun dan Exmil, bertiga dengan dua vespa. Karena temanya explore Banten maka equipment atau perlengkapan yang dibawa harus menyesuaikan layaknya penjelajah umumnya, seperti tenda, alat masak, obat-obatan, alat penerangan juga perlengkapan pribadi yang diperlukan. Karena kami bertiga termasuk pengacara alias pengangguran banyak acara, maka kami bebas memilih waktu yang tepat untuk perjalanan kali ini. Libur lebaran Iedul Fitri +7 tepat tanggal 2 Agustus 2014 waktu yang dipilih dengan rencana trip 4 hari 3 malam. Meeting point di pamulang (Tangsel) kami memilih route keberangkatan melewati bogor- ciawi- cicurug- parung kuda- cibadak- pelabuhan ratu lalu sampai ke spot pertama desa sawarna kecamatan bayah kabupaten Lebak provinsi Banten. Perjalanan kami tempuh dengan waktu 8 jam dengan beberapa kali istirahat dijalan karena ingin enjoy riding, santai aja hari esok masih ada.. wkekekkk..

14075083971909906237
( pemandangan dari atas bukit pantai sawarna, amazing bray..)

1407509449420206002
( jalan menuju desa sawarna, terjal tapi asik )

Bayah adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. Bayah dahulu terkenal dengan salah satu tempat penambangan batubara. Untuk mengangkut batubara ini pada zaman penjajahan Jepang dibangun jalan kereta api dari Saketi ke Bayah yang berjarak sekitar 90 km. Pembangunan jalan kereta ini konon mengorbankan jiwa sekitar 93.000 orang romusha pribumi asli indonesia. Di Bayah juga pernah tinggal salah seorang tokoh pemikir republik yaitu Tan Malaka yang menyamar dengan nama Iljas Husein atau Ibrahim Husein dan berperan besar dalam membantu para romusha. Sampai saat ini masih bisa kita jumpai sisa peninggalannya berupa tugu Tan Malaka di Bayah Selatan, meski kondisinya tidak terawat dengan baik karena banyak ditumbuhi rumput/ilalang disekitarnya.

1407509748615967495 
 ( best view, memandang garis pantai pesisir banten)

Letaknya yang berada di pesisir selatan pulau jawa banyak menawarkan destinasi wisata menarik seperti; pantai Bayah, pantai Pulomanuk, pantai Sawarna, pantai karang Taraje, pantai tanjung Karang serta masih banyak pantai lainnya serta goa-goa peninggalan jaman jepang. Sangat direkomendasikan buat para riders ataupun traveler untuk liburan alternatif sambil mengenal tanah air indonesia lebih dekat. Untuk kondisi jalan sendiri aman untuk kendaraan roda dua, hanya terdapat jalan rusak dan berlubang ketika ingin masuk ke desa sawarna, selebihnya aspal dan beton meski ada lubang sedikit, safety riding aja.

1407509909994150487  
( Jalanan beraspal diapit sawah yang sudah panen, menambah kesan petualang )

Kami memilih membuka tenda dipasir putih pantai sawarna, menginap dua malam disini cukup mengembalikan energi yang terkuras guna perjalanan selanjutnya ke Ujung Kulon. Saran saya jangan datang pada saat musim liburan, pantainya mirip cendol padat sekali susah cari spot yang asik buat menyepi, selebihnya pesona sawarna memang tidak pernah pudar. 

1407532068882567333 
 ( hari libur pantai sawarna padat, tapi tidak mengurangi esensi liburan)

1407509994341076462 
 ( Tidur dalam tenda serasa dihotel bintang ****, wkwkkk)

14075910011393328200 
 ( pantai sawarna, surga para surfers )

14075101331962886502 

1407510409563623746 
( Suasana sunset dipantai sawarna, peace full.)

1407510596372493127 
(Tanah surga yang jatuh dari langit, banyak tersebar ditanah air indonesia.. so be close to heaven)

Hari ke-3, matahari masih samar-samar muncul dari ufuk timur kami sudah berkemas bersiap menuju ujung kulon, dengan route bayah-malingping-cikesik-cibaliung- cimanggu-kp sumur-ujung kulon. Tracknya melewati pinggil laut, tebing, naik turun bukit, jembatan, sangat menantang nyali para riders. Jam 7 pagi kami sudah meninggalkan desa sawarna melewati bayah menuju pom bensin terdekat. Bagi para riders yang kendaraannya berbahan bakar pertamax siap-siap untuk turun kasta mengisi premium karena pom bensin satu-satunya dibayah tidak menyediakan pertamax, jadilah vespa kami minum subsidi pemerintah tapi tidak mengurangi performa vespa dalam penjelajahan. 

14075108121180106129  
(Matarhari terbit didesa sawarna, damai..)

14075108701271967539 
  (Bersiap menuju ujung kulon, terima kasih sawarna..)

1407510925506953208 
(Melewati jembatan goyang keluar dari desa sawarna. asik asik joss. wkwkk)

Jalan sepanjang malingping pemandangannya sangat indah, melewati pesisir pantai sedikit masuk hutan lalu keluar ketemu pantai lagi, jalan berkelok penuh dengan tikungan, menguras energi menguji stamina dalam berkendara. Jika sudah terbiasa kita akan merasakan nikmatnya riding dengan medan seperti ini, menantang kita untuk tetap fokus dan aman dalam berkendara sambil menikmati pemandangan dan melihat aktifitas warga yang tinggal dipedalaman, sungguh istimewa. 

1407510986382859324  
(Break point dipantai malingping, spot bagus buat istirahat.)

Foto: Somewhere in banten.. #ridingwithGod 
(jalan berkelok dengan track panjang, menguji stamina para riders)

Tepat tengah hari kami tiba di cibaliung, mengisi bahan bakar yang sudah tiris di pom bensin terakhir sebelum masuk ke kampung sumur dua menuju ujung kulon. Lagi-lagi only premium, but is not big deal, gass terus.. Ini pertama kalinya saya mengunjungi ujung kulon daratan wilayah paling barat pulau jawa dengan naik vespa. Disepanjang jalan orang-orang selalu menatap kearah kami, mungkin terpesona melihat vespa masuk desa dengan medan seperti ini, justru menambah semangat kami untuk cepat sampai tujuan.

1407511381843230336  
( Salam 3 jari.. persatuan indonesia)

1407511434814451512 
 (Pantai malingping)

1407511495263691787 
 ( vespa masuk desa, asooy.. wkwkk)

Setelah istirahat makan siang di cimanggu kami tiba di kp sumur dua yang masuk dalam taman nasional ujung kulon daratan, karena ujung kulon tempat habitat hewan liar yang dilindungi seperti badak jawa bercula satu ada di kampung sumur satu tepatnya di pulau cipecang mesti nyebrang lagi untuk menuju kesana.

14075115792037457830 
 (Selamat datang diujung kulon, tugu taman nasional.)

140751163578993529 
( Patung badak jawa yang menjadi trade mark ujung kulon)

Ujung Kulon “Teluk-teluk yang indah dan nyaman, tanah yang subur.. kaya akan kayu bagi pembuatan kapal, keadaannya yang sangat baik bagi perniagaan, calon bagi Singapura baru. Begitu kata-kata yang tertulis pada catatan harian para botanis Belanda di Semenanjung Ujung Kulon sekitar 183 tahun silam. Walaupun ada rekomendasi untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai sentra bisnis masa depan, pembangunan menuju ke arah tersebut seperti mimpi saja. Ya!, kawasan ini sempat diguncang kekuatan alam yang maha dasyat, ledakan gunung krakatau sempat meratakan pesisir semenanjung ujung kulon meski tidak berlangsung lama dengan tumbuhnya habitat baru, pohon-pohon baru yang lebih rimbun dengan vegetasi dan fauna yang beragam menjadikan ujung kulon sebagai warisan cagar alam dunia yang dilindungi (Unesco)

1407511704353539256 
( Susur pantai selatan banten, menantang andrenalin..)

14075118551140036540 
 (Pantai sumur 2 ujung kulon, langit dan lautnya masih perawan bro..)

Perjalanan kami berhenti di kp sumur dua, jalan menuju kp legon pakis ujung paling barat pulau jawa masih sangat terjal dan berbatu, hanya kendaraan off road yang bisa melintas, meski jika dipaksakan kami yakin sampai tapi urung kami lakukan, bersyukur kami sudah sampai dititik ini dalam keadaan sehat, dikawasan taman nasional ujung kulon. Karena hari sudah sore dan cuaca sedikit mendung kami putuskan untuk mencari penginapan, akhirnya dapat di Ciputih Beach Resort perkamar Rp 425.000 dengan fasilitas sekelas hotel bintang ***. 

1407511927729396504  
(pantai sumur 2, sambil joging pagi berasa nyasar di maldives. wkwkkk)

Foto: #ujungkulon 

Perjalanan dari desa sawarna menuju ujung kulon menghabiskan waktu 7 jam, dengan kondisi jalan sedikit rusak ketika melintas malingping dan masuk di cikesik tapi selebihnya beraspal dan jalan beton.
Hari ke empat, pukul 12 siang kami chek out dari resort, setelah leyeh-leyeh menghabiskan waktu dipantai dan berendam dikolam renang cukup menambah stamina untuk perjalan pulang melewati route perkotaan, sumur dua – cimanggu - tanjung lesung – labuan – kota pandeglang – kota serang – cikande – kab. Tangerang – lalu sampai dipamulang jam 10 malam. Perjalanan pulang menghabiskan waktu 9 jam, sudah termasuk istirahat satu jam sambil menyantap buah duren khas pandeglang. Alhamdulilah perjalanan lancar, vespa tidak ada kendala dan kami tiba dirumah dengan aman. Terima kasih Banten sudah wellcome dengan kami, semoga riding dan trip selanjutnya selalu diberikan kemudahan, selamat dalam kebahagiaan, amin.

1407512286210124030 
( Relax dulu sebelum pulang, amanlah..)

See u next trip.
 

13 Mar 2013

Tantangan Menembus Laos, Long Way Down..!

Ini masih cerita blusukan saya di 5 Negara 11 Kota Asia Tenggara, bagian tiga Kota ke empat..


Tantangan menembus Laos Negara yang juga menganut paham komunis sungguh nyata didepan mata mengetes mental dan semangat saya dalam petualangan di indochina, benar benar seperti tragedi plus uji nyali. Memasuki Laos seperti berada diplanet lain mirip Vietnam, bahasa dan aksaranya berbeda juga wajah penduduknya hampir – hampir sama sungguh membuat saya sedikit shock. Tapi disinilah indahnya traveling, menjadi tantangan tersendiri untuk bisa meresapi dan menikmati budaya dan kehidupan warganya dari dekat. 

Cerita Ini dimulai saat saya membeli tiket Bus antar Negara dari Hanoi menuju Vientiane ibu kota laos saya bayar 23 USD hasil tawar menawar dengan salah satu agen bus di Old Quarter yang berada dipusat Kota Hanoi, tarif berbeda mereka kenakan terhadap wisatawan eropa dan amerika sekitar 30-40 USD. Perjalanan lintas negara ini menggunakan Sleeper Bus, Bus yang tidak pernah saya jumpai di Republik Uye. 

Sungguh waktu yang panjang tidak terasa membosankan dengan bus ini, karena setiap penumpang bisa tidur selonjoran disetiap bangku yang sudah didesain seperti tempat tidur lengkap dengan bantal dan selimutnya. Uniknya sebelum naik ke atas bus, seluruh penumpang diwajibkan membuka sepatu atau alas kaki dan menyimpannya didalam pelastik yang telah disediakan seperti saat kita mau masuk Masjid ada batas sucinya, jadi kondisi didalam bus steril dan nyaman, tapi sedkit aneh buat saya, hehe..

13658519222001909845 
( Suasana didalam Sleeper Bus. Semua enjoy dengan posisi masing-masing ) 

Saat berada diterminal bus Kota Hanoi ada 2 traveler yang wajahnya mirip melayu memperhatikan saya dan tas ransel yang saya kenakan, setelah beberapa saat akhirnya salah seorang dari mereka menghampiri saya dan bertanya “dari indonesia ya? “ iya” jawab saya,, “saya Ikbal dari malaysia bersama teman saya Azam sambil memperkenalkan diri” . Ternyata dari tadi mereka memperhatikan merk ransel yang saya gunakan Eiger, dan mereka cukup familiar dengan Eiger peralatan outdor buatan bandung-indonesia. Selamat lah saya punya teman dengan bahasa yang hampir sama tapi beda sejarah, cukup terhibur dengan bahasa melayu lidah saya tidak kaku lagi.

Bus pun meluncur membelah malam dari terminal dipusat kota hanoi pukul 08.00 malam waktu komunis, dan sopirnya masih tetap setia mengangkut penumpang disetiap pemberhentian bus. Didalam sleeper bus semua penumpang terlelap dengan mimpinya masing-masing dan saya masih terjaga bersama malam yang selalu menjanjikan untuk dinantikan. Sambil melihat kawan baru dari Malaysia sedang bermain kartu poker guna membunuh waktu didalam perjalanan.

1365852165158015156
 (Killing time, membunuh waktu sembari bermain kartu bersama teman baru diperjalanan )

1365852505565175750 
(Suasana pagi hari diperbatasan imigrasi Vietnam menuju Laos. Masih diselimuti kabut tebal. brrrrgg.. )

Paginya sekitar pukul 09.00 masih waktu komunis, bus berhenti disebuah pos jaga dan saya terbangun oleh hawa dingin yang menggigit, cukup membuat daging mengkerut. Cuaca diluar diselimuti kabut tebal jarak pandang hanya sekitar 15-20 meter sisanya tertutup kabut. Dan ternyata kami sudah sampai di perbatasan imigrasi Vietnam menuju Laos. Semua penumpang di haruskan turun oleh sopir bus untuk pengecekan dokumen imigrasi, saya dan teman dari malaysia berjalan kaki menuju imigrasi Vietnam untuk pengecekan passport.

13658526732063740188 
( Suasana di pos imigrasi Vietnam, wisatawan antri untuk pengecekan passport untuk meninggalkan Vietnam )

Setelah passport saya serahkan ke petugas imigrasi, tak lama kemudian nama saya dipanggil dan diminta membayar 25 ribu dong atau sekitar 12 ribu rupiah, meskipun sebenarnya info dari kedutaan Vietnam di Jakarta gratis tapi ya sudahlah cuma 12rb Rupiah ini pikir saya. Karena mata uang dong saya sudah habis saya memberikan satu lembar pecahan 1 USD dan diterima dengan senyum oleh petugas imigrasi Vietnam lalu “cetookk” passport saya distempel untuk bisa meninggalkan Negara komunis tersebut.  

1365852896542590708 
( Petugas imigrasi Vietnam sedang mengecek satu persatu passport wisatawan )

Berjalan kaki menuju pos imigrasi Laos cukup membuat badan kembali hangat meski cuaca diselimuti hawa dingin, sekitar 10 menit berjalan kaki saya tiba di pos imigrasi Laos untuk pengecekan passport dan visa on arrival bagi wisatawan asing. Bagi traveler Asia Tenggara free (bebas biaya masuk) untuk visa tinggal sebulan. Namun di Imigrasi laos petugas masih meminta kutipan 3 USD lebih besar dari imigrasi Vietnam, saya tak tahu untuk apa tapi karena saya tamu di Negara tersebut maka saya pun harus mengikuti aturan tuan rumah dan berusaha menjadi tamu yang baik, maka uang 3 USD saya keluarkan dari dalam dompet dengan muka kecut (^.*)

1365853001491120739 
( Semua penumpang diwajibkan turun berjalan kaki keluar dari Negara Vietnam untuk masuk Ke laos, sekitar 10 menit berjalan kaki.)

Sambil menunggu pemeriksaan imigrasi selesai saya berjalan disekeliling kantor imigrasi laos yang letaknya ditengah hutan dataran tinggi masuk dalam wilayah Nam Phao kota kecil diperbatasan Laos yang juga bersebelahan dengan Republik Rakyat Cina. Setelah pemeriksaan imigrasi selesai, semua penumpang kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan ke kota Vientiane Ibu Kota Laos yang masih sekitar 9 jam perjalanan.

1365853155373069175 
( Kantor Imigrasi Laos yang letaknya persis ditengah hutan kota kecil Nam Phao.)

Pemandangan di kiri kanan jalan selama 2 jam didominasi oleh sungai dan pegunungan, sehingga kondisi lelah dan gelisah terkonversi menjadi suasana petualangan mirip mirip sharina, (wkekekkk..) Dan memang lalu lintas didaerah perbatasan sangat sepi hanya beberapa kendaraan yang lewat menambah suasana tegang perjalanan.  

1365853285472895958 
( Pemandangan pegunungan setelah masuk Imigrasi Laos, menyejukan mata.)

Puncaknya saat bus kami mengalami pecah ban entah di KM berapa yang jelas masih jauh dari kota Vientiane, waktu menunjukan pukul 12 siang dan suasana disekitarnya hanya terdapat beberapa rumah penduduk selebihnya tanah gersang diselimuti padang rumput tandus serta semak belukar. Saya bertanya kepada sopir, How long time to Vientiane? Sambil garuk garuk kepala si sopir yang orang Vietnam mengacungkan enam jarinya, menggunakan bahasa isyarat lebih kurang sekitar 6 jam perjalanan lagi, lengkap sudah..! 

1365853634920397461 
( Dijalan ini detik-detik sebelum Bus yang saya tumpangi mengalami pecah ban)

Saya pun terpaksa menunggu sambil melihat kenek dan sopir mengganti ban serep yang sudah disiapkan, dan ajaibnya ban serep yang semestinya menjadi penyelamat justru tidak bisa digunakan karena sudah masuk masa pensiun alias ban reject yang tidak layak pakai. Lalu..? dalam keadaan pasrah, gerah karena cuaca yang panas ditambah daerah yang sepi ditengah gurun laos saya dipaksa menerima keadaan tidak nyaman ini sambil terus menunggu bantuan dari bengkel terdekat, yang dekatnya 3 jam lebih baru datang pertolongan itu.. OMG !. Setelah menunggu selama 3 jam akhirnya mobil pick up datang membawa ban serep pengganti dan bus pun kembali meluncur menuju Vientiane persis jam 3 sore lebih sedikit. 

13658537141263293934  
( Ganasnya jalan laos dengan aspal yang panas ditambah cuaca terik membuat bus mengalami pecah ban.)

Didalam bus saya memilih tidur sambil menahan sedikit rasa lapar karena belum makan dari pagi hanya sedikit bekal pisang, snack dan roti yang saya beli di Hanoi tapi cukup membantu. Saran buat traveler buah pisang sangat berguna untuk bekal perjalanan jauh menggunakan bus selain murah kaya kandungan serat, vitamin dan mineral juga mengenyangkan. Saya terbangun dengan bunyi klakson yang ramai saat bus berhenti di southern bus terminal (terminal dok-dok) ditengah kota Vientiane. Hari sudah gelap dan jam menunjukan pukul 8 malam, berarti sekitar 24 jam persis saya berada di dalam bus, piuuffh.. Kemudian saya bertanya kepada kawan ikbal dari Malaysia apakah langsung melanjutkan perjalanan ke kota Luang Prabang atau menginap di Kota Vientiane. Sebab saya juga tidak lama di kota ini karena tujuan selanjutnya sudah dekat, Bangkok !

1365853958793287017  
(Pemandangan malam hari disisi sungai mekong di daerah Namphaw Fountain di jalan Setthathirath road. )

karena lelah bercampur lapar dan sudah seharian berada didalam bus, sedikit mabok darat juga akhirnya mereka memutuskan menginap semalam di Vientiane untuk besoknya melanjutkan perjalanan ke Luang Prabang. Tanpa membuang waktu saya langsung setuju dan ikut menginap dengan pertimbangan bisa share biaya kamar untuk bertiga jadi lumayan irit. Kami pun naik tuk-tuk dengan membayar 2 USD/orang dari terminal dok-dok menuju area turis yang berpusat di Namphaw Fountain di jalan Setthathirath road persis di sisi sungai Mekong Kota Vientiane. Saya lupa nama hostelnya, kami dapat privat room 12 USD/malam dibagi tiga, satu kamar terdapat tiga ranjang pas buat kami bertiga. Setelah mandi dan bersih-bersih kami lalu mencari makan malam di pesisir sungai Mekong sambil bercerita pengalaman perjalanan selama di Vietnam.

13658540921959189705  
(Bangunan yang menyerupai kuil berada didalam taman pesisir sungai mekong.)

Meskipun Vientiane merupakan Ibu Kota dari Negara Laos tapi pariwisata di kota ini kurang berkembang, masih dibawah Luang Prabang yang lebih menawarkan banyak pilihan destinasi wisata. Dan juga karena waktu yang sedikit saya melewatkan objek wisata di Kota Vientiane seperti Patuxai Gate sebuah tempat yang mirip dengan Arc de Triomphe di Paris, juga kompleks candi Pha That Luang sebuah bangunan candi kuno dengan emas yang menyelimuti pagodanya.
Esok paginya sekitar jam 10 saya kemudian diantar oleh Ikbal dan Azham menggunakan sepeda yang kami sewa di hostel tempat kami menginap menuju central bus station, terminal khusus dipusat kota Vientiane untuk menuju Nongkhai atau Udon Thani di wilayah Thailand yang tidak jauh dari hostel kami menginap sekitar 15 menit naik sepeda. Dan saya pun membeli tiket bus Vientiane-Nongkhai (Thailand) seharga 17 ribu rupiah, kurang lebih 2 jam perjalanan hanya sekedar transit di Nongkhai lalu kemudian menuju Bangkok. 

136585420546615018 
(central bus station, tempat kami berpisah untuk melanjutkan perjalanan masing-masing, saya menuju Bangkok kawan itu menuju Luang Prabang masioh di Negara Laos.)

Bersambung.., sampai ketemu di Bangkok..!